Bagiku bahasa itu
jurusan yang spesial, karena tidak semua SMA di Indonesia memiliki jurusan ini.
Tapi beberapa orang menganggap, karena tidak ada peminatnya. Aku tidak peduli
dengan banyak anggapan seperti itu.
Sejak masuk kelas 11 aku mempunyai 5 sahabat, kita selalu
ditakdirkan untuk satu kelas. Sehingga aku sudah menganggap mereka itu
saudaraku. Mereka adalah Mentari, Qikip, Rinda, Nurul, dan Iis.
Hari ini adalah hari pertama aku masuk di kelas 12. Hari
ini hari senin, tentunya semua orang juga tahu, pasti di awali dengan UPACARA.
Sejak SD aku tidak begitu minat dengan kewajiban senin pagi di seluruh
sekolahan ini. Tapi mau bagaimana lagi? Kan kita harus berusaha menjadi siswa
yang baik dan disiplin J
“1, 2, 3... kalau kalian tidak lari, gerbang ini akan
segera aku tutup! Ayo lari cepat” satpam sekolahku berteriak sambil membunyikan
peluitnya. Sayang sungguh sayang, hari ini aku kesiangan. Aku berlari sekuat
tenagaku
“ayo Bella ayo!!!!!” aku mendengar teriakan pemberi
semangat dari kelima sahabatku.
“hampir saja” aku nyengir di depan wajah pak satpam. Aku
berjalan menuju barisan kelasku dan meletakan tasku di belakang barisan.
“berapa kali kamu terlambat seperti ini Bell?” Nurul
bertanya dengan nada sedikit mengejek.
“ahh, kamu, mana mungkin aku menghitungnya” aku menjawab
degan sedikit nada bercanda.
“Bell, Bell. Padahal cita-citamu tinggi, ingin menaikkan
taraf kelas bahasa, mana mungkin mau naik, kalau siswanya saja tidak bisa disiplin.”
Qikip menimpali. Dan aku berpikir, kalau apa yang dikatakan oleh Qikip itu ada
benarnya juga. Mana bisa menggantung cita-cita tinggi, tapi tidak bisa mengatur
diri sendiri. Dan mulai saat ini juga aku berjanji pada diriku sendiri, kalau
hari ini adalah hari terakhirku untuk terlambat masuk ke sekolahan.
“siapa itu?” aku heran dengan seraut wajah yang cukup waw
yang ada di depanku.
“makanya kamu kalau berangkat agak pagi sedikit, biar
kata orang tidak kudet haha” Nurul
menjawab pertanyaanku dengan jawaban yang aku anggap bukan jawaban sih.
“dia siswa baru Bell, pindahan dari Jakarta” Mentari
menjawab dengan benar pertanyaanku.
“wahh,,, kok ganteng sih ya?” aku terkagum-kagum dengan
siswa baru itu. Ternyata kelima sahabatku tidak ada yang merespon pernyataanku
yang tadi. Karena mereka tahu kalau semua laki-laki dimataku pasti ganteng. Ya
iyalah, masa cantik sih, kan bukan banci, hihi.
Upacara berangsung khidmad. Karena baru awal masuk.
Jadinya ini sekaligus upacara pembukaan MOS untuk siswa-siswi kelas 10.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya upacara pagi ini
selesai. Rasanya aku ingin Sujud syukur kepadaNya. Tapi itu mungkin akan
membuat image baru untukku, yaitu
Lebay. Semua siswa bubar dan masuk ke kelasnya masing-masing. Rasanya aku
membawa puluhan Ton beban untuk menaiki tangga ke kelasku. Tapi mau bagaimana
lagi? Sekolahku tidak menyediakan eskalator
ataupun lift. Jadi ya haruslah sabar
menaiki satu demi satu anak tangga untuk menuju kesuksesan, oops,,, maksudku
menuju kelas 12 BHS 1.
Karena malas, aku ketinggalan dengan semua siswa yang lainnya,
aku lupa kalau hari ini hari pertama masuk. Aku lupa kalau aku harus mencari
bangku paling depan agar semua pelajaran bisa menyangkut di otakku.
“selamat datang BELLA” seluruh teman sekolahku memberi
kata sambutan yang terdengar penuh dengan ejekan. Aku melihat sekeliling, dan
ternyata semua bangku di deretan depan sudah penuh, kedua penuh, ketiga penuh.
Semua sahabatku juga sudah menduduki
kursi istimewa di deretan terdepan.
“teganya kalian kepadaku” aku menyesal dan aku berjalan
menuju tempat duduk yang sepertinya memang khusus didesain untuk orang semacam
aku.
“Bell, sorry ya” Mentari mendatangku di tempat dudukku.
Tetapi aku tidak menghiraukannya. Mereka tega sekali, tidak mau mencarikan aku
tempat duduk.
“Ayu sensei
datang” suara anak-anak yang sedang nongkrong di depan pintu. Semua siswa
langsung menempati tempat duduknya masing-masing. Aku menyesal karena mendapat
tempat duduk di pojok belakang. Sebelahku juga tidak ada yang menempati.
Bagaimana jika ada hantu bangku kososng di sebelahku. Semua campu aduk menjadi
satu.
“mina san, ohayougozaimasu, ohisasIburidesune, ogenki
desuka?” Ayu sensei duduk di tempatnya. Kemudian disusul oleh siswa baru
yang tadi ikut upacara di depanku.
“anak-anak, dia adalah warga baru di kelas 12 BHS 1 ini” Ayu
sensei memberi sedikit penjelasan. Dalam hati aku berkata “bukannya kita
sekelas ini juga warga baru huhh”
“silahkan kamu perkenalkan diri” Ayu sensei
mempersilahkan kepada anak baru itu untuk mempromosikan, oops,, memperkenalkan
diri di hadapan para hal layak di kelasku.
“selamat pagi teman-teman, nama saya Savior Firdaus, nama
panggilan saya Vio, saya pindahan dari SMA Bina Potensi Jakarta. Salam kenal J”
“Vio, semoga kamu bisa senang dengan sekolah barumu ini”
tanpa sadar aku mengatakannya dari pojok belakang.
“huuuuu” seisi kelas menyorakiku, aku jadi malu.
“Vio, silahkan kamu duduk di bangku kosong di sebelah BELLA,
siswa yang paling wow di kelas dan jurusan bahasa ini” Ayu sensei berkata
kepada Vio seperti itu, aku tidak mengerti maksudnya, mengejek atau menyanjung.
Vio berjalan menuju tempat duduknya yang ada di
sebelahku.
“hai, senang berteman dengan kamu” aku menyapa Vio,
karena dia tetangga bangkuku sekarang.
“ehm ehm, Bella kenalannya nanti kalau sudah istirahat
okay” Ayu sensei ternyata memperhatikan aku, aduh, aku jadi malu lagi.
Hari pertama masuk tidak ada pelajaran, setelah
memperkenalkan Vio, Ayu sensei kembali ke kantor. Ini menjadi kesempatanku
untuk tahu lebih lanjut tentang Vio.
“hay, kamu namanya Vio ya?” plakkk... kok nanya kaya
gitu, hihi
“iya, tadi saya sudah kealan bukan?” aku menjadi malu
dengan pertanyaan konyolku tadi.
“oh iya, kenalkan nama aku Bella aulia Putri, oh iya
cita-cita kamu apa?”
Aku memperkenalkan diri
dan aku ingin tahu cita-cita Vio apa.
“hampir semua orang ditanya apa cita-citanya oleh Bella.
Dia memang seperti itu, jadi jangan heran, orangnya memang agak aneh seperti
itu” Dani tiba-tiba ikut perbicaraanku dengan Vio. Aku menjadi kesal dengan dia
yang sok tahu. Tapi memang seperti itu juga sih.
Aku diam tidak melanjutkan perbincangan yang tadinya aku
pikir akan asyik. Gara-gara Dani semuanya kacau. Ya sudah tidak apa-apa. Aku
mengambil novel terjemahan dari tasku, dan aku membacanya, karena hanya kurang
58 halaman lagi sudah katam.
“kamu suka membaca novel?” kekhusyukanku membaca novel
pecah dengan datangnya pertanyaan tadi dari teteanggaku Vio.
“haah, iya aku suka sekali” aku melihat Vio mengeluarkan
novel yang sama seperti yang aku baca.
“lho, kok sama?
Kamu suka juga?”
“iya, aku hobi membaca novel, dan tadi aku belum menjawab
pertanyaanmu”
“maaf, pertanyaan yang bagaimana ya? Aku lupa?”
“cita-citaku ingin menjadi novelis seperti JK.Rowling J”
“waah,,, cita-cita yang mulia, kamu tidak tanya apa
cita-citaku?
Vio tersenyum mendengar
kalimatku tadi.
“tentu, apa cita-cita kamu?”
“kalau sekarang cita-cita aku masih nomaden alias
berpindah-pindah, hehe”
“oh, ya sudah tidak apa-apa. Tapi tadi aku mendengar Dani
berkata kalau cita-cita kamu ingin menaikkan taraf bahasa dimata Internasional
ya? Apa benar?”
“bukan taraf bahasa, tapi jurusan bahasa gitu, iya sih.
Tapi susah.”
“semua kalau diniati pasti tidak susah, percaya deh”
“ah, kamu, jangan sok
jadi motivator seperti om Mario Teguh dong!”
Lagi-lagi Vio tertawa
dengan kalimatku. Mungkin ini bisa menjadi cita-cita baru, yang sesuai dengan
bakatku membuat orang lain tertawa. Mungkin menjadi seperti om Sule sebagai
komedian. Ahh, tidak lah, mana ada aku menjadi seorang komedian. Apa kata Ayah Ibuku
nanti.
“kamu cita-cita setelah lulus mau kuliah di mana?”
“di UGM mungkin, kalau kamu?”
“aku ingin di UGM juga”
“kenapa ya kamu dari tadi menirukan aku? Jangan-jangan
kamu ini plagiat?” Vio tertawa lagi. Aku tidak menghiraukan dia lagi, aku
melanjutkan membacaku.
Mentari dkk mendatangiku,
“bagaimana Bella? Apa kau sehat di belakang sini dengan Vio?”
Aku tertawa mendengar
pertanyaan yang aneh dari mereka.
“aiss, apaan? Ayo kita ke musholah!”
“ngapain?”
“ya sholat lah!”
“bercanda atau bagaimana? Ini jam 09.00?
“sholat duha dong!
Pada tidak ingat pelajaran PAI, dasar kalian”
“lho? Ada apa
denganmu? Biasanya kamu tidak seperti ini?”
“ah, perasaan kamu saja!” aku menggandeng Iis dan empat
sahabat durhakaku mengikutiku menuju tempat yang aku mau.
Sesampainya kami di musholah, aku segera mengambil air
wudhu dan segera sholat 2 rakaat. Setelah sholat aku melihat kebelakang dan
mendapati semua sahabatku telah lenyap entah kemana.
Aku berjalan menuju kelas, sesampainya di kelas aku juga
tidak mendapati kelima sahabatku yang kali ini benar-benar sangat durhaka
kepadaku, aku merasa sangat terdholimi oleh mereka. Aku melihat di dalam kelas
hanya ada beberapa siswa. Ada Vio yang sedang membuka laptop di bangkunya. Aku
mendatanginya.
“lagi apa kamu? kok
sibuk sekali?” Aku bertanya pada Vio, lalu Vio menjawab,
“aku sedang dalam proses merealisasikan cita-citaku J”
Dia tersenyum manis sekali, membuat aku terpesona, ehehe.
“oh, good luck yah?”
“okay”
Aku membuka novelku dan membacanya, dalam hati aku
berfikir, kenapa aku malah membaca novel? Aku ini remaja islam, kenapa tidak
membaca Al-Qur’an saja.
Aku berjalan menuju rak kelas, aku tahu di situ pasti ada
Al-Qur’an. Dan ternyata benar, aku mengambilnya dan kembali ke banguku.
“kau agamis sekali” Vio berkata kepadaku tanpa menoleh ke
arahku.
“aku kan bercita-cita menjadi seorang ustadzah”
“hah? Tampang seperti kamu?”
“apa kamu bilang? Tampang begini aku ini anak teralim
sekelas” huh, tidak terima rasanya dengan hinaan ini,
“haha, maaf aku hanya bercanda, semoga ini cita-cita
terakhir kamu ya?”
“tidak lah, kalau bisa semua cita-citaku harus terwujud,aku
akan menambahnya lagi.”
“apa saja?
“sejauh ini cita-citaku itu, Ilmuwan, Dokter, ustadzah, Astronot,
sudah itu saja”
“haha, itu baru sedikit, masih banyak cita-citaku”
“apa?”
“Dokter, polisi, guru, presiden, pengusaha, foto model,
banyak lah, sampai aku lupa”
“NOVELISnya ketinggalan tuh”
“haha, iya kamu benar”
Kalau aku meneruskan perbincangan ini, aku pasti tidak
jadi membaca Al-Qur’an.
“udah dulu, aku mau membaca Al-Qur’an”
“oh, iya maaf,. Silahkan!”
Beginilah, kehidupan singkatku di kelas 12 BHS yang
bagiku begitu istimewa. Suasananya, sahabat-sahabatku yang durhaka namun tetap
aku sayangi, siswa baru yang keren dan memiliki banyak kesamaan denganku. Semua
membuat aku semakin nyaman dengan kelas BHS ini.
0 komentar:
Posting Komentar